Catatan tentang Film :Hafalan Sholat Delisaa
Mengangkat novel menjadi film, memang banyak sekali kendalanya. Kadangkala ada beda penafsiran antara pengarang novel, penulis skenario, dan sutradara. Kita masih ingat, bagaimana Almarhum Motinggo Busye yang kecewa ketika novelnya difilmkan, bahkan sampai berujar tidak akan lagi mengijinkan kalau karyanya akan difilmkan.
Apalagi film yang diangkat dari novel berbasiskan cerita nyata, seperti Film Hafalan Sholat Delisa yang diangkat dari Novel Hafalan Bacaan Sholat Delisa karya Tere Liye. Novelnya berlatar belakang kejadian nyata : Tsunami Aceh tgl 26 Desember 2004 yang melanda sebagian besar daerah Provinsi Aceh bahkan pengaruhnya sampai seberang Lautan Samudra Hindia, tepatnya di pantai2 Srilangka, Thailand, India bahkan sampai Afrika. Bencana besar yang melanda Republik Indonesia, meluluh lantakkan daerah yang luas dan memakan korban lebih dari 200 ribu orang tewas dan hilang. Dan masih segar dingatan masyarakat bagaimana bencana dahsyat itu terjadi, bukan hanya bagi rakyat Aceh tapi juga semua rakyat Indonesia. Kita melihat bagaimana solidaritas masyarakat kemudian terungkit, orang ber lomba2 membantu dan datang ke Aceh.
Film ini mengisahkan keluarga bahagia yang tinggal di Lok Nga Aceh. Keluarga Abi Usman (Reza Rahardian) dan Umi Salamah (Nirina Zubair) yang mempunyai 4 orang anak : Cut Fathimah si sulung, si kembar Cut Aisyah dan Zahra dan si bungsu Delisa (Chantiq Scargerl). Abi (ayah) Usman bekerja di kapal tangker dan saat bencana terjadi sedang di tengah laut.
Delisa sedang berusaha menghafal bacaan Shola, tugas di meunasahnya yang diasuh oleh Ustadz Rahman (Al Fathir Muhtar). Di rumah Delisa sering bertengkar dengan Kak Salma yang cerewet, berbeda sekali dengan Kak Zahara yang pendiam, meski mereka berdua kembar. Pertengkaran pertengkaran kecil sering terjadi antara Delisa dan Aisyah, seperti ketika Delisa sulit dibangunkan waktu subuh, ketika memulai sholat subuh, ketika membaca bacaan Ta’waudz yang ter balik2 atau waktu berebut ayunan. Umi (Ibu) Salamah biasanya dengan sabar menengahi dan dengan kasih sayangnya akan melindungi keempat anaknya.
Pada tanggal 26 Desember 2004 adalah waktu yang di tunggu2 oleh anak murid meunasah, karena hari itu hafalan sholat mereka akan diuji oleh Ust. Rahman. Tidak terkecuali oleh Delisa, karena Umi sudah berjanji kalau Delisa lulus bacaan sholatnya, akan diberi hadiah kalung dengan mata bandul berhuruf D yang dibeli di toko emasnya Koh Acan. Sehari sebelumnya Umi sudah membelikan kalung itu, yang ketika tahu untuk hadiah Delisa bila hafal bacaan Sholat, Koh Acan memberi harga separuh harga. Koh Acan senang bila anak2 melaksanakan sholat dengan benar.
Tepat sebelu Umi dan Delisa berangkat ke meunasah untuk ujian hafalan sholat, gempa dg 9,1 skala richter mengguncang Aceh. Ketika gempa sudah selesai mengguncang berangkatlah mereka berdua ke meunasah yang sudah dipenuhi anak2 dan orang tuanya, termasuk Tiur. Tiur adalah teman Delisa yang yatim dan sering dipinjami sepedanya oleh Delisa. Tiur berhasil membaca bacaan sholat dengan baik. Dan tibalah giliran Delisa, yang dengan penuh konsentrasi mulai melafalkan bacaan2 sholatnya. Ketika itulah tsunami datang, dan meluluh lantakkan semuanya.
Delisa ditemukan oleh tim pencari dari NAVY Seal USA, yang dipimpin oleh Sersan Ahmed. Delisa diangkat dan dibawa ke rumah sakit darurat oleh Prajurit Smith. Ketika Delisa dalam keadaan pingsan ber hari2, Prajurit Smith dalam pembicaraannya dengan perawat Sophie (yang juga berasal dari luar negeri), ingin mengangkat Delisa menjadi anak sebagai pegganti anaknya Alexis yang meninggal kecelakaan dengan ibunya.
Abi (ayah) Usman begitu mendengar khabar tsunami, diijinkan untuk pulang ke Aceh. Di barak penampungan, terlihat sebagian besar warga Lok Nga telah meninggal dunia atau hilang. Yang ditemui tinggal beberapa orang : Ustad Rahman, Koh Acan, Humam (teman Delisa) dan ayahnya, dan beberapa kawan Delisa. Hampir semua orang berputus asa dan meratapi nasib.
Delisa ditemukan Abi di rumah sakit darurat dalam perawatan Perawat Sophie yang sedang ditemani Prajurit Smith. Dengan ditemani oleh sukarelawan Abi Usman membuat rumah daruratnya. Dan dengan semangatnya Delisa yang kehilangan satu kakinya, memberikan inspirasi kepada orang2 di penampungan. Meski cacat Delisa tetap bermain bola dan tidak mau menjadi kiper, maunya menjadi striker. Semangat inilah yang menulari kawan2 di sekelilingnya, kecuali Humam.
Ketika umi (ibu) Humam ditemukan dalam keadaan sehat, sempat Delisa terpukul bahkan sampai sakit dan masuk rumah sakit. Tetapi kemudian Delisa punya cara untuk menghilangkan kesedihan, yaitu dengan sering datang ke makam dan mengadu kepad alm umi dan kakak2nya.
Banayk pelajaran yang bisa diambila dari film ini, bagaimana khusyu’ itu, bagaimana
Memang banyak yang aneh dalam film ini, seperti puing2 tiang rumah pasca Tsunami terdiri dari kayu2 kecil dan tidak mungkin menjadi tiang kayu rumah panggung. Juga tidak ada bekas lumpur2 laut di puing2 tersebut. Juga terasa aneh ketika ada ibu bule dan anaknya berziarah ke makam masal korban Tsunami, dalam Film tidak ada penjelasan si Michael ini siapa dan ngapain di Lok Nga. Meski kalau kita baca novelnya baru tahu, ternyata Prof. Dr. Michael ini peneliti yang sedang melaksanakan tugas penelitian di Lok Nga Aceh.
Tetapi kejanggalan kejanggalan dan kelemahan film ini tertutupi dengan cerita yang kuat. Sedih, dan duka dalam film ini mampu menguras air mata penonton. Tetapi terselip juga cerita lucu, seperti ketika Delisa mengumumkan kesemua penghuni kalau mie buatan Koh Acan enak.
Jadi, ditengah maraknya film yang tidak menambah apapun kecuali menambah isi saku bintang filmnya dan produsernya, kita beruntung ada Film Hafalan Sholat Delisa yang di sutradarai Geokasak. Ditengah maraknya Film Pocong dan genrenya, dan film2 mengumbar aurat berbau mistis, masih terselip film yang bukan hanya tontonan tapi juga dapat menjadi tuntunan bagi masyarakat.
Mwskipun bagi pemca novelnya, akan merasakan rasa yang berbeda, selain adanya perubahan yang signifikan, mungkin karena sulitnya membuat set filmnya.
Di tengah ketidak sempurnaan film ini dan segudang kelemahannya, perlu sekali semua mereka yang mencintai tontonan yang bisa menjadi tuntunan untuk menonton film ini. Dijamin tidak akan menyesal. Recomended : tonton Film Hafalan Sholat Delisa, maka banyak manfaat bagi anda. Jangan lupa tonton bersama keluarga.
Pengirim :
Akhmadi Sumaryanto
Jl. Mes Pemda Gisting Bawah Tanggamus
Akhmadi.sumaryanto@gmail.com