Minggu, Januari 29, 2012

RSUD KOTA AGUNG MENUJU BLUD

Dewan Dukung Perubahan SKPD ke PPK-BLUD
Diposting oleh: Jay
Sabtu, 28 Januari 2012
KOTAAGUNG - Anggota DPRD Komisi D Kabupaten Tanggamus dari Fraksi PKS, Ir. Akhmadi Sumaryanto mendukung dan mengarahkan adanya perubahan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) ke Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK BLUD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kotaagung.
"Jadi dalam hal ini pemerintah akan lebih dimudahkan. Karena nantinya segala administrasi yang dikelola RSUD dapat dikelola sendiri namun tetap harus ada laporan yang harus disampaikan ke pemerintah daerah,” ungkap dia kepada Radar Tanggamus belum lama ini.
Dia mengemukakan, pendampingan dalam hal pemenuhan standar keuangan dan administrasi perlu terus dilakukan. Dan BPKP menjadi pendamping yang paling diharapkan.
"Dengan model PPK BLUD ini diharapkan Tanggamus memiliki rumah sakit dengan standar layanan yang baik," harapnya.
Menurutnya, kendala belanja obat dan stok obat selama ini diyakini dapat teratasi dengan merubah jadi PPK BLUD sebelum berubahnya RSUD menjadi sistem BLUD yang diharapkan bisa maksimal dalam layanan.
"Setiap rumah sakit punya standarnya. Maka menyiapkan RSUD Kotaagung menuju standar layanan publik harus didukung. Termasuk dukungan anggarannya," jelasnya.
Untuk itu diharapkan adanya peningkatan pelayanan dan SDM rumah sakit. "Paling tidak tersenyumlah pada pengguna rumah sakit ini," saran Akhmadi.
Menurutnya, dengan tersenyum para pasien merasa dihargai dan dilindungi. Akhmadi menegaskan, langkah perubahan status ini harus segera dilaksanakan. Sehingga dengan berubah menjadi BLUD, RSUD bisa fleksibel dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas, dengan menerapkan praktik bisnis yang sehat. Selain itu, dengan mengelola keuangan sendiri, pelayanan dipastikan semakin meningkat.
Betapa tidak, rumah sakit tidak perlu menunggu realisasi anggaran dari pemerintah untuk menyediakan alat, perlengkapan dan barang yang diperlukan. Apalagi, untuk penyediaan kebutuhan barang yang sangat mendesak. “BLUD akan membuat RSUD tidak bergantung pada APBD dan akan lebih mandiri,” pungkasnya. (bet)

Jumat, Januari 27, 2012

Disdukcapil Harus Optimalkan Anggaran
Diposting oleh: Jay
Jumat, 27 Januari 2012
Terkait Minimnya Dana Pendamping e-KTP
KOTAAGUNG – Meski dana pendamping yang digelontorkan Pemeritah Daerah (Pemkab) Tanggamus dalam pelaksanaan program Kartu Tanda Penduduk Elaktronik (e-KTP) minim, yakni dipangkas sebesar 50 persen dari total pengajuan awal sebesar Rp1,1 miliar. Namun dana yang ada harus dimanfaatkan secara optimal oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil).
“Memang dana yang disahkan oleh badan anggaran legislatif untuk program e-KTP tahun 2012 ini dipotong sekitar 50 persen dari pengajuan awal sebesar Rp1,1 miliar. Namun terealisasi sebasar Rp550 juta. Meski begitu, disdukcapil harus tetap mensukseskan program itu,” ujar anggota Komisi D DPRD Tanggamus Ir. Akhmadi Sumaryanto, saat dikonfirmasi kemarin (25/1).
Dikatakanya, optimalisasi anggaran yang ada itu seperti tidak perlu melakukan perekrutan operator baru yakni dengan cara antisipasi melakukan pemanfaatan tenaga pegawai honorer yang ada di disdukcapil. “Kalau memang anggaran yang ada hanya sedikit. Jadi nantinya saya sarankan disdukcapil tak perlu merekrut tenaga operator baru, manfaatkan lah dulu tenaga yang ada untuk melakukan sosialisi. Ini tentu sebagai salah satu antisiasi menghemat biaya,” katanya.
Dan dari anggaran yang telah disahkan itu kata Akhmadi, bisa difokuskan untuk pelaksanaan selama delapan bulan lebih dulu terhitung sejak Januari hingga Agustus. Dan kekurangan yang di empat bulan kemudian terhitung sejak bulan September hingga Desember 2012 akan diantisipasi lewat anggaran perubahan.
“Jadi anggaran sebesar Rp500 juta yang ada, manfaatkan saja dulu semaksimal mungkin untuk Januari hingga Agustus. Dan untuk empat bulan diakhir tahun bisa diupayakan kembali untuk pengajuan penambahan anggaran pada APBD Perubahan 2012,” kata Akhmadi.
Jadi, terang politisi PKS itu, kepala Disdukcapil Tanggamus tidak perlu begitu khawatir dalam hal menjalankan dan mensukseskan program pelayanan kependudukan berbasis elektronik. Karena ini merupakan program pemerintah dalam hal mempermudah proses pembuatan nomor induk kependudukan.
“Program inikan adalah pelayanan publik. Jadi Ddsdukcapil tak perlu khawatir program ini tidak bisa berjalan sesuai harapan. Optimalisasikan saja dulu anggaran yang ada. Mudah-mudahan bisa diupayakan lagi penambahan anggaran diakhir tahun nanti,” ujar ketua Badan Legislasi DPRD Tanggamus itu. (ral)

Jumat, Januari 13, 2012

Tanggamus Mengisi Kemerdekaan

Renungan : Akhmadi Sumaryanto

Peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke 66 di tahun 2011 ini memang terasa kurang greget. Hampir tidak kegiatan ikutan yang menambah semaraknya peringatan HUTRI ke 66. Tidak ada panjat pinang, tidak ada gerak jalan, tidak lomba balap karung, dan kegiatan yang menggembirakan lainnya. Entah karena bertepatan dengan bulan Ramadhon, entah karena memang semangat merayakan masyarakat sudah berkurang? Tidak terkecuali di Kabupaten Tanggamus.

Saya jadi teringat lagunya Bung Iwan Fals : “Sumbang” ....... lusuhnya kain bendera di halaman rumah kita, bukan satu alasan untuk kita tinggalkan .......

Terasa sekali memang semakin jauh semangat para founding fathers ketika mereka bersemangat memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia. Dengan sarana seadanya, dengan kemampuan seadanya, tapi semangat yang menggelora untuk memerdekakan Bangsa Indonesia dari penjajahan bangsa lain. Dan semangat inilah yang menyebabkan banyak dari para pejuang dan pahlawan gugur tanpa menikmati kemerdekaan itu sendiri. Mereka menjadikan diri mereka sebagai senjata, karena ketiadaan senjata yang memadai. Mereka tahu bambu bukan lawannya tank baja, mereka sadar bahwa sekedar golok tidak akan mampu mengalahkan senapan mesin, mereka menyadari bahwa semangatlah yang menyebabkan setiap diri bersedia berkorban apa saja, bukan untuk diri mereka tapi untuk anak keturunan mereka, kita kita yang sekarang menikmati hasil perjuangan para pejuang dan pahlawan itu.

Geliat perang kemerdekaan juga merambah Tanggamus. Di Gisting, sebagai salah satu pusat kediaman warga Belanda menjadi daerah yang terasa perlawanannya. Jejak2 itu bisa dilihat dari bekas2 pemukiman Belanda dan pabrik2 milik warga Belanda di Gisting. Pemukiman dan pabrik tersebut dibumi hanguskan oleh masyarakat pada saat perang kemerdekaan agar tidak dapat lagi digunakan oleh Belanda pada saat mereka kembali setelah kemenangan sekutu thp tentara Jepang.

Kabupaten Tanggamus sendiri berdiri pada tahun 1997, dan merupakan pemekaran dari Kabupaten Lampung Selatan. Sejak saat itu geliat pebangunan di Tanggamus terasa sekali. Infrastruktur jalan mulai dibangun, baik peningkatan yang sudah ada ataupun pembukaan baru. Program pengembangan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat digulirkan.

Banyak program2 unggulan dilaksanakan. Pada tahun 2005, bekerjasama dengan Dompet Dhuafa Republika, Kabupaten Tanggamus menggulirkan Program Kampung Ternak yaitu dengan menjadikan 4 Kecamatan (Gn Alip, Gisting, Sumberjo, dan Kota Agung Timur) sebagai basis pengembangan Kambing Burawa, yakni kambing peranakan jenis Bour dan Ettawa. Program ini mendapatkan apresiasi dari pemerintah Propinsi, yang kemudian menjadikan program ini sebagai program unggulan Propinsi Lampung dengan menjadikan F2 dari keturunan Burawa sebagai kambing khas Lampung yang diberinama Kambing Saburai. Hanya saja program ini kemudian tidak lagi mendapatkan perhatian yang serius di tahun2 terakhir ini. Sementara sudah banyak penghargaan didapat Kabupaten Tanggamus berkenaan dengan program ini, seperti Juara Nasional Kelompok Peternak di tahun 2010, juara inseminator, dan sebagainya.

Selain itu ada program peningkatan jalan2 di seantero Kabupate, seperti peningkatan jalan dari Talang padang – Gunung Megang – Ulu Belu hingga ke Lampung Barat. Kalau sebelum tahun 2005 untuk menempuh ruas jalan tersebut membutuhkan waktu yang lama karena kondisi jalannya masih tanah dan kalau hujan sulit dilalui kendaraan roda empat dengan biaya yang cukup tinggi, termasuk untuk memberi pengatur jalan di sepanjang ruas tersebut, maka sejak tahun 2005 dengan diaspalnya ruas jalan tersebut transportasi dari dan kedaerah tersebut menjadi membaik. Peningkatan kesejahteraan kesejahteraan masyarakat juga terlihat secara kasat mata. Dengan membaiknya transportasi maka masyarakat bisa mengurangi biaya dan meningkatkan keuntungan dari hasil pertaniannya. Kecamatan Ulu Belu adalah salah satu sentra produksi kopi , coklat, dan hasil pertanian lainnya.

Demikian juga dengan ruas jalan Menggala Kota Agung – Kuripan Limau – dan Cukuh Balak. Ruas ini juga sudah ditingkatkan sehingga dapat dilalui kendaraan roda empat. Ruas ini menyimpan potensi pariwisata yang luar biasa. Pantainya relatif tenang dengan pemandangan yang indah, dan beberapa meter dari bibir pantai, lautnya dalam. Potensi ini sudah mulai dilirik oleh industri maritim. Karena dengan karakter laut tenang (karena ada barier alami, pulau Tabuan) dan dalam cocok untuk pembuatan galangan kapal, pelabuhan, dan doking kapal. Program ini yang akan dikembangkan oleh pemerintah Tanggamus di tahun2 mendatang. Tentunya dengan memperhatikan aspek sosiologis masyarakatnya.

Potensi2 lainnya di Kabupaten Tanggamus memang mulai digali, baik dengan kekuatan masyarakat Tanggamus sendiri ataupun bekerjasama dengan pihak luar. Seperti dengan Pertamina Gheoermal Energy mengeksploitasi kandungan panas bumi yang ada di Kecamatan Ulu Belu, untuk dijadikan sumber energi yang terbarukan. Direncanakan pada tahun 2012 operasionalnya akan dimulai. Selain itu potensi lainnya juga mulai digali, seperti potensi pertambangan emas yang dilakukan oleh PT Natarang Mining di Bandar Negeri Semuong dan PT Napal Umbar Picung di Cukuh Balak. Potensi mikro hydro yang juga akan dikembangkan di Kecamatan2 Kota Agung Barat, Wonosobo, dan Bandar Negeri Semuong.

Dengan potensi2 yang banyak seperti disebut diatas, menjadi pertanyaan serius, dapatkah potensi2 tersebut dimanfaatkan optimal oleh pemerintah Kabupaten Tanggamus untuk kesejahteraan rakyat Tanggamus? Inilah yang harus dijawab dengan kerja Keras seluruh pihak di Kabupaten Tanggamus. Karena faktanya sekarang, masih banyak rakyat Tanggamus yang belum merasakan hasil pembangunan itu. Ada masyarakat pulau Tabuan yang belum banyak tersentuh pembangunan, ada masyarakat pekon Tampang yang bisa jadi se umur2 belum pernah melihat mobil kecuali di TV, karena sampai sekarang belum ditembus sarana jalan. Dan sebagainya.

Bahkan ada yang ironis, MI Nurul Hidayah dusun Way Kandis Pekon Kampung Baru Kec. Kota Agung Timur, yang letaknya hanya sepelemparan batu dari komplek Perkantoran Pemkab yag juga beralamat di Kampung Baru Kota Agung Timur, sekolahnya lebih layak disebut kandang dengan fasilitas seadanya. Daerahnyapun masih belum dialiri listrik. Yang bisa jadi tidak banyak pejabat Pemkab Tanggamus yang tahu kalau ada daerah itu.

Dengan segudang potensi ternyata Tanggamus juga menyimpan segudang besar persoalan. Belum lagi bahwa fakta 40 % wilayah Kbupaten Tanggamus adalah wilayah Hutan lindung dan Taman Nasional, dimasa datang konflik lahan ini juga akan menjadi kerawanan tersendiri. Selain masih banyaknya pekon2 yang terisolir dan memerlukan perhatian khusus. Karenanya tidak ada lain untuk mengisi kemerdekaan ini, harus “dimerdekakan” dahulu rakyat Tanggamus dari belenggu yang membelit selama ini. MERDEKA!

Catatan tentang Film :Hafalan Sholat Delisaa

Mengangkat novel menjadi film, memang banyak sekali kendalanya. Kadangkala ada beda penafsiran antara pengarang novel, penulis skenario, dan sutradara. Kita masih ingat, bagaimana Almarhum Motinggo Busye yang kecewa ketika novelnya difilmkan, bahkan sampai berujar tidak akan lagi mengijinkan kalau karyanya akan difilmkan.

Apalagi film yang diangkat dari novel berbasiskan cerita nyata, seperti Film Hafalan Sholat Delisa yang diangkat dari Novel Hafalan Bacaan Sholat Delisa karya Tere Liye. Novelnya berlatar belakang kejadian nyata : Tsunami Aceh tgl 26 Desember 2004 yang melanda sebagian besar daerah Provinsi Aceh bahkan pengaruhnya sampai seberang Lautan Samudra Hindia, tepatnya di pantai2 Srilangka, Thailand, India bahkan sampai Afrika. Bencana besar yang melanda Republik Indonesia, meluluh lantakkan daerah yang luas dan memakan korban lebih dari 200 ribu orang tewas dan hilang. Dan masih segar dingatan masyarakat bagaimana bencana dahsyat itu terjadi, bukan hanya bagi rakyat Aceh tapi juga semua rakyat Indonesia. Kita melihat bagaimana solidaritas masyarakat kemudian terungkit, orang ber lomba2 membantu dan datang ke Aceh.

Film ini mengisahkan keluarga bahagia yang tinggal di Lok Nga Aceh. Keluarga Abi Usman (Reza Rahardian) dan Umi Salamah (Nirina Zubair) yang mempunyai 4 orang anak : Cut Fathimah si sulung, si kembar Cut Aisyah dan Zahra dan si bungsu Delisa (Chantiq Scargerl). Abi (ayah) Usman bekerja di kapal tangker dan saat bencana terjadi sedang di tengah laut.

Delisa sedang berusaha menghafal bacaan Shola, tugas di meunasahnya yang diasuh oleh Ustadz Rahman (Al Fathir Muhtar). Di rumah Delisa sering bertengkar dengan Kak Salma yang cerewet, berbeda sekali dengan Kak Zahara yang pendiam, meski mereka berdua kembar. Pertengkaran pertengkaran kecil sering terjadi antara Delisa dan Aisyah, seperti ketika Delisa sulit dibangunkan waktu subuh, ketika memulai sholat subuh, ketika membaca bacaan Ta’waudz yang ter balik2 atau waktu berebut ayunan. Umi (Ibu) Salamah biasanya dengan sabar menengahi dan dengan kasih sayangnya akan melindungi keempat anaknya.

Pada tanggal 26 Desember 2004 adalah waktu yang di tunggu2 oleh anak murid meunasah, karena hari itu hafalan sholat mereka akan diuji oleh Ust. Rahman. Tidak terkecuali oleh Delisa, karena Umi sudah berjanji kalau Delisa lulus bacaan sholatnya, akan diberi hadiah kalung dengan mata bandul berhuruf D yang dibeli di toko emasnya Koh Acan. Sehari sebelumnya Umi sudah membelikan kalung itu, yang ketika tahu untuk hadiah Delisa bila hafal bacaan Sholat, Koh Acan memberi harga separuh harga. Koh Acan senang bila anak2 melaksanakan sholat dengan benar.

Tepat sebelu Umi dan Delisa berangkat ke meunasah untuk ujian hafalan sholat, gempa dg 9,1 skala richter mengguncang Aceh. Ketika gempa sudah selesai mengguncang berangkatlah mereka berdua ke meunasah yang sudah dipenuhi anak2 dan orang tuanya, termasuk Tiur. Tiur adalah teman Delisa yang yatim dan sering dipinjami sepedanya oleh Delisa. Tiur berhasil membaca bacaan sholat dengan baik. Dan tibalah giliran Delisa, yang dengan penuh konsentrasi mulai melafalkan bacaan2 sholatnya. Ketika itulah tsunami datang, dan meluluh lantakkan semuanya.

Delisa ditemukan oleh tim pencari dari NAVY Seal USA, yang dipimpin oleh Sersan Ahmed. Delisa diangkat dan dibawa ke rumah sakit darurat oleh Prajurit Smith. Ketika Delisa dalam keadaan pingsan ber hari2, Prajurit Smith dalam pembicaraannya dengan perawat Sophie (yang juga berasal dari luar negeri), ingin mengangkat Delisa menjadi anak sebagai pegganti anaknya Alexis yang meninggal kecelakaan dengan ibunya.

Abi (ayah) Usman begitu mendengar khabar tsunami, diijinkan untuk pulang ke Aceh. Di barak penampungan, terlihat sebagian besar warga Lok Nga telah meninggal dunia atau hilang. Yang ditemui tinggal beberapa orang : Ustad Rahman, Koh Acan, Humam (teman Delisa) dan ayahnya, dan beberapa kawan Delisa. Hampir semua orang berputus asa dan meratapi nasib.

Delisa ditemukan Abi di rumah sakit darurat dalam perawatan Perawat Sophie yang sedang ditemani Prajurit Smith. Dengan ditemani oleh sukarelawan Abi Usman membuat rumah daruratnya. Dan dengan semangatnya Delisa yang kehilangan satu kakinya, memberikan inspirasi kepada orang2 di penampungan. Meski cacat Delisa tetap bermain bola dan tidak mau menjadi kiper, maunya menjadi striker. Semangat inilah yang menulari kawan2 di sekelilingnya, kecuali Humam.

Ketika umi (ibu) Humam ditemukan dalam keadaan sehat, sempat Delisa terpukul bahkan sampai sakit dan masuk rumah sakit. Tetapi kemudian Delisa punya cara untuk menghilangkan kesedihan, yaitu dengan sering datang ke makam dan mengadu kepad alm umi dan kakak2nya.

Banayk pelajaran yang bisa diambila dari film ini, bagaimana khusyu’ itu, bagaimana

Memang banyak yang aneh dalam film ini, seperti puing2 tiang rumah pasca Tsunami terdiri dari kayu2 kecil dan tidak mungkin menjadi tiang kayu rumah panggung. Juga tidak ada bekas lumpur2 laut di puing2 tersebut. Juga terasa aneh ketika ada ibu bule dan anaknya berziarah ke makam masal korban Tsunami, dalam Film tidak ada penjelasan si Michael ini siapa dan ngapain di Lok Nga. Meski kalau kita baca novelnya baru tahu, ternyata Prof. Dr. Michael ini peneliti yang sedang melaksanakan tugas penelitian di Lok Nga Aceh.

Tetapi kejanggalan kejanggalan dan kelemahan film ini tertutupi dengan cerita yang kuat. Sedih, dan duka dalam film ini mampu menguras air mata penonton. Tetapi terselip juga cerita lucu, seperti ketika Delisa mengumumkan kesemua penghuni kalau mie buatan Koh Acan enak.

Jadi, ditengah maraknya film yang tidak menambah apapun kecuali menambah isi saku bintang filmnya dan produsernya, kita beruntung ada Film Hafalan Sholat Delisa yang di sutradarai Geokasak. Ditengah maraknya Film Pocong dan genrenya, dan film2 mengumbar aurat berbau mistis, masih terselip film yang bukan hanya tontonan tapi juga dapat menjadi tuntunan bagi masyarakat.

Mwskipun bagi pemca novelnya, akan merasakan rasa yang berbeda, selain adanya perubahan yang signifikan, mungkin karena sulitnya membuat set filmnya.

Di tengah ketidak sempurnaan film ini dan segudang kelemahannya, perlu sekali semua mereka yang mencintai tontonan yang bisa menjadi tuntunan untuk menonton film ini. Dijamin tidak akan menyesal. Recomended : tonton Film Hafalan Sholat Delisa, maka banyak manfaat bagi anda. Jangan lupa tonton bersama keluarga.

Pengirim :

Akhmadi Sumaryanto

Jl. Mes Pemda Gisting Bawah Tanggamus

Akhmadi.sumaryanto@gmail.com