Tanggamus Mengisi Kemerdekaan
Renungan : Akhmadi Sumaryanto
Peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke 66 di tahun 2011 ini memang terasa kurang greget. Hampir tidak kegiatan ikutan yang menambah semaraknya peringatan HUTRI ke 66. Tidak ada panjat pinang, tidak ada gerak jalan, tidak lomba balap karung, dan kegiatan yang menggembirakan lainnya. Entah karena bertepatan dengan bulan Ramadhon, entah karena memang semangat merayakan masyarakat sudah berkurang? Tidak terkecuali di Kabupaten Tanggamus.
Saya jadi teringat lagunya Bung Iwan Fals : “Sumbang” ....... lusuhnya kain bendera di halaman rumah kita, bukan satu alasan untuk kita tinggalkan .......
Terasa sekali memang semakin jauh semangat para founding fathers ketika mereka bersemangat memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia. Dengan sarana seadanya, dengan kemampuan seadanya, tapi semangat yang menggelora untuk memerdekakan Bangsa Indonesia dari penjajahan bangsa lain. Dan semangat inilah yang menyebabkan banyak dari para pejuang dan pahlawan gugur tanpa menikmati kemerdekaan itu sendiri. Mereka menjadikan diri mereka sebagai senjata, karena ketiadaan senjata yang memadai. Mereka tahu bambu bukan lawannya tank baja, mereka sadar bahwa sekedar golok tidak akan mampu mengalahkan senapan mesin, mereka menyadari bahwa semangatlah yang menyebabkan setiap diri bersedia berkorban apa saja, bukan untuk diri mereka tapi untuk anak keturunan mereka, kita kita yang sekarang menikmati hasil perjuangan para pejuang dan pahlawan itu.
Geliat perang kemerdekaan juga merambah Tanggamus. Di Gisting, sebagai salah satu pusat kediaman warga Belanda menjadi daerah yang terasa perlawanannya. Jejak2 itu bisa dilihat dari bekas2 pemukiman Belanda dan pabrik2 milik warga Belanda di Gisting. Pemukiman dan pabrik tersebut dibumi hanguskan oleh masyarakat pada saat perang kemerdekaan agar tidak dapat lagi digunakan oleh Belanda pada saat mereka kembali setelah kemenangan sekutu thp tentara Jepang.
Kabupaten Tanggamus sendiri berdiri pada tahun 1997, dan merupakan pemekaran dari Kabupaten Lampung Selatan. Sejak saat itu geliat pebangunan di Tanggamus terasa sekali. Infrastruktur jalan mulai dibangun, baik peningkatan yang sudah ada ataupun pembukaan baru. Program pengembangan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat digulirkan.
Banyak program2 unggulan dilaksanakan. Pada tahun 2005, bekerjasama dengan Dompet Dhuafa Republika, Kabupaten Tanggamus menggulirkan Program Kampung Ternak yaitu dengan menjadikan 4 Kecamatan (Gn Alip, Gisting, Sumberjo, dan Kota Agung Timur) sebagai basis pengembangan Kambing Burawa, yakni kambing peranakan jenis Bour dan Ettawa. Program ini mendapatkan apresiasi dari pemerintah Propinsi, yang kemudian menjadikan program ini sebagai program unggulan Propinsi Lampung dengan menjadikan F2 dari keturunan Burawa sebagai kambing khas Lampung yang diberinama Kambing Saburai. Hanya saja program ini kemudian tidak lagi mendapatkan perhatian yang serius di tahun2 terakhir ini. Sementara sudah banyak penghargaan didapat Kabupaten Tanggamus berkenaan dengan program ini, seperti Juara Nasional Kelompok Peternak di tahun 2010, juara inseminator, dan sebagainya.
Selain itu ada program peningkatan jalan2 di seantero Kabupate, seperti peningkatan jalan dari Talang padang – Gunung Megang – Ulu Belu hingga ke Lampung Barat. Kalau sebelum tahun 2005 untuk menempuh ruas jalan tersebut membutuhkan waktu yang lama karena kondisi jalannya masih tanah dan kalau hujan sulit dilalui kendaraan roda empat dengan biaya yang cukup tinggi, termasuk untuk memberi pengatur jalan di sepanjang ruas tersebut, maka sejak tahun 2005 dengan diaspalnya ruas jalan tersebut transportasi dari dan kedaerah tersebut menjadi membaik. Peningkatan kesejahteraan kesejahteraan masyarakat juga terlihat secara kasat mata. Dengan membaiknya transportasi maka masyarakat bisa mengurangi biaya dan meningkatkan keuntungan dari hasil pertaniannya. Kecamatan Ulu Belu adalah salah satu sentra produksi kopi , coklat, dan hasil pertanian lainnya.
Demikian juga dengan ruas jalan Menggala Kota Agung – Kuripan Limau – dan Cukuh Balak. Ruas ini juga sudah ditingkatkan sehingga dapat dilalui kendaraan roda empat. Ruas ini menyimpan potensi pariwisata yang luar biasa. Pantainya relatif tenang dengan pemandangan yang indah, dan beberapa meter dari bibir pantai, lautnya dalam. Potensi ini sudah mulai dilirik oleh industri maritim. Karena dengan karakter laut tenang (karena ada barier alami, pulau Tabuan) dan dalam cocok untuk pembuatan galangan kapal, pelabuhan, dan doking kapal. Program ini yang akan dikembangkan oleh pemerintah Tanggamus di tahun2 mendatang. Tentunya dengan memperhatikan aspek sosiologis masyarakatnya.
Potensi2 lainnya di Kabupaten Tanggamus memang mulai digali, baik dengan kekuatan masyarakat Tanggamus sendiri ataupun bekerjasama dengan pihak luar. Seperti dengan Pertamina Gheoermal Energy mengeksploitasi kandungan panas bumi yang ada di Kecamatan Ulu Belu, untuk dijadikan sumber energi yang terbarukan. Direncanakan pada tahun 2012 operasionalnya akan dimulai. Selain itu potensi lainnya juga mulai digali, seperti potensi pertambangan emas yang dilakukan oleh PT Natarang Mining di Bandar Negeri Semuong dan PT Napal Umbar Picung di Cukuh Balak. Potensi mikro hydro yang juga akan dikembangkan di Kecamatan2 Kota Agung Barat, Wonosobo, dan Bandar Negeri Semuong.
Dengan potensi2 yang banyak seperti disebut diatas, menjadi pertanyaan serius, dapatkah potensi2 tersebut dimanfaatkan optimal oleh pemerintah Kabupaten Tanggamus untuk kesejahteraan rakyat Tanggamus? Inilah yang harus dijawab dengan kerja Keras seluruh pihak di Kabupaten Tanggamus. Karena faktanya sekarang, masih banyak rakyat Tanggamus yang belum merasakan hasil pembangunan itu. Ada masyarakat pulau Tabuan yang belum banyak tersentuh pembangunan, ada masyarakat pekon Tampang yang bisa jadi se umur2 belum pernah melihat mobil kecuali di TV, karena sampai sekarang belum ditembus sarana jalan. Dan sebagainya.
Bahkan ada yang ironis, MI Nurul Hidayah dusun Way Kandis Pekon Kampung Baru Kec. Kota Agung Timur, yang letaknya hanya sepelemparan batu dari komplek Perkantoran Pemkab yag juga beralamat di Kampung Baru Kota Agung Timur, sekolahnya lebih layak disebut kandang dengan fasilitas seadanya. Daerahnyapun masih belum dialiri listrik. Yang bisa jadi tidak banyak pejabat Pemkab Tanggamus yang tahu kalau ada daerah itu.
Dengan segudang potensi ternyata Tanggamus juga menyimpan segudang besar persoalan. Belum lagi bahwa fakta 40 % wilayah Kbupaten Tanggamus adalah wilayah Hutan lindung dan Taman Nasional, dimasa datang konflik lahan ini juga akan menjadi kerawanan tersendiri. Selain masih banyaknya pekon2 yang terisolir dan memerlukan perhatian khusus. Karenanya tidak ada lain untuk mengisi kemerdekaan ini, harus “dimerdekakan” dahulu rakyat Tanggamus dari belenggu yang membelit selama ini. MERDEKA!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar