TANGGAMUS, HL - Proyek pengadaan buku referensi dan pengayaan yang bersumber dari DAK 2010 di sejumlah SMP di Kabupaten Tanggamus terindikasi bermasalah. Jenis buku referensi dan pengayaan yang dinilai tidak sesuai standar BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan). Bahkan ditemukan buku cerita yang mengambil referensi dari Al Qur’an namun ditengahnya disisipi versi Bibel atau Injil.
“Terdapat buku cerita yang referensinya tidak konsisten. Contohnya kisah Nabi Daud dan Jalut. Pada satu sisi cerita dalam buku ini menggunakan versi Al Qur’an. Tetapi di tengah cerita versi yang digunakan bersumber dari Bibel. Ini tentu akan membingungkan para siswa yang membacanya,” kata salah seorang guru yang namanya minta jangan disebutkan, Senin (31/1).
Dari penelusuran Harian Lampung di sejumlah SLTP ditemukan banyak buku referensi dan pengayaan yang seharusnya untuk siswa SD sehingga buku tersebut tidak tepat kalau diberikan untuk siswa SMP. Misalnya buku rumus pintar matematika dan buku motivasi olimpiade sains lebih menggarah pada pengajaran anak SD.
“Sejumlah buku cerita, sepertinya lebih tepat untuk anak SD daripada untuk pengayaan siswa SMP,” ungkap seorang sumber di salah satu SMP di Tanggamus.
Dituturkan dia, kualitas alat peraga olahraga yang diterima juga memprihatinkan. “Bola kaki maupun bola volli yang diberikan langsung robek saat dipergunakan. Padahal bola tersebut baru dua kali digunakan untuk kegiatan olahraga,” kata dia.
Selain bola, sejumlah item bantuan lainnya juga menyisakan persoalan karena tidak lengkap. “Misalnya diberi lapangan tenis meja berikut bolanya, tetapi tidak diberi net dan bat-nya. Juga ring basket yang tidak disertai tiangnya. Ini akan menjadi persoalan bagi sekolah yang kemampuan finansialnya sangat terbatas,” lanjut dia.
Persoalan ini juga ditemukan Komisi D DPRD Tanggamus saat melakukan sidak ke sejumlah sekolah penerima bantuan DAK, Senin kemarin. Selain buku yang tidak standar, ditemukan juga sejumlah alat peraga pendidikan yang kualitasnya memprihatinkan.
Ketua Komisi D Deri Ardiansyah mengungkapkan akan mempertanyakan temuan mereka kepada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga. “Kita akan mengkomunikasikan dengan Disdikpora. Sampai sejuah ini kita belum bisa mengambil kesimpulan terkait dengan Persoalan ini,” kata dia.
Akhmadi Sumaryanto, salah seorang anggota komisi D yang ikut dalam sidak tersebut mempertanyakan kualifikasi rekanan pengadaan buku dan alat peraga tersebut. Pasalnya, selain terjadi ketidaksesuaian dengan kebutuhan, sejumlah pengelola sekolah mengaku belum semua buku dan alat peraga yang bersumber dari DAK sampai ke sekolahan. “Kalau terlambat sampai sekarang dan belum ada kejelasan, pantas kita pertanyakan kualifikasi pemenang tender,” kata dia.
Sementara itu, Yoga Prasetya, salah satu pengamat pendidikan di Tanggamus mengungkapkan, yang dibutuhkan sekolah saat ini, selain buku adalah dana rehabilitasi bangunan sekolah yang sebagian sudah tua. “Kalau standarisasi bukunya tidak jelas, lebih baik untuk perbaikan gedung saja,” kata dia, saat dikonfirmasi lewat telepon selulernya.
Menurutnya, bangunan sekolah yang ada di Kabupaten Tanggamus cukup banyak yang harus diperbaiki. Lantaran kondisinya sudah sangat tidak layak untuk tempat proses belajar mengajar. “Kasus di SDN 1 Sukanegara contohnya. Ini harus menjadi catatan penting,” kata dia.
Dikatakan Yoga, dalam pengadaan buku-buku sebagai pelengkap koleksi perpustakaan memang cukup baik untuk meningkatkan mutu sekolah. “Namun, jika diperbolehkan, sebaiknya Disdikpora lebih memprioritaskan rehabilitasi bangunan sekolah di wilayah Tanggamus,” ungkapnya dia.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar