SKH Radar Tanggamus, Senin, 14 April 08 - oleh : adyjin
Siapa yang menyangka, jika calon wakil Gubernur (wagub) yang berpasangan dengan calon Gubernur (cagub) Hi. Zulkifli Anwar yaitu Ir.Akhmadi Sumaryanto, ketika kecil adalah seorang pengembala kambing dan sapi.
Bahkan, kader PKS yang masih aktif sebagai anggota DPRD Kabupaten Tanggamus ini, menggembalakan 12 ekor kambing sekaligus. Sedangkan seekor sapi yag mereka miliki terpaksa dijual oleh orang tuanya, karena menanduk dirinya saat tengah menggembalakannya. Selain mengembalakan kambing, Akhmadi kecil juga pernah nekat berjualan balon tiup dan juga es lilin, meskipun dilarang oleh kedua orang tuannya, yang ketika itu berprofesi sebagai Guru SD di Kecamatan Gisting.
Kedatangan keluarga Akhmadi ke Gisting, pada tahun 1962 dipenuhi dengan suka duka. Ayahnya (alm) Hi. Saelan dan Ibunya, Hj. Tasmini bukan merupakan orang berada.
“Ketika pertama kali merantau ke Lampung ini, sesampainya di Kecamatan Pringsewu kami sempat kehabisan ongkos,” kata Akhmadi. Saat itu, lanjutnya, dikocek orang tuanya hanya tersisa uang Rp5, meskipun haus tidak tertahan, tidak ada yang berani beli es dengan alasan takut uangnya tidak cukup untuk ongkos ke Gisting.
Sesampainya di Lampung, ibunya yang terlebih dahulu menjadi PNS mulai mengabdikan diri, sebagai pengajar di SDN 2 Gisting. Ada kisah yang cukup menarik yaitu saat ayahnya mulai juga menjadi PNS sebagai guru SD. “Bapak membawa ijazah ke Pemda Propinsi, dan pulangnya sudah membawa SK sebagai PNS untuk mengajar di SDN 3 Gisting,” tabahnya.
Bagi Akhmadi, sosok ayahnya merupakan guru kehidupan baginya. Baik guru politik, maupun guru dalam bidang sosial kemasyarakatan.
“Bapak merupakan guru bagi saya untuk hidup sederhana dan apa adanya,” imbuhnya. Kesederhanaan yang ditanamkan oleh orang tuannya, bukan sekedar karena penghasilan orang tuanya yang cukup minim pada saat itu, tapi benar-benar hidup dengan pola sederhana karena gaji orang tuanya pada saat itu tidak mencukupi untuk biaya hidup selama satu bulan. Saat itu, profesi PNS jauh kalah bergengsi dengan para petani kopi. Waktu Akhmadi masih duduk di bangku SD, teman sebayanya yang merupakan anak petani kopi kerap membawa uang jajan yang amatbesar, sementara dirinya baru menikmati uang jajan ketika kelas 2 SMP, itupun hanya jika ada pelajaran olah raga, karena jarak lapangan cukup jauh dari sekolah.
Hal-hal seperti itu membuat dirinya merasa dekat dengan masyarakat kecil yang hidup serba kekurangan.
“Saya pernah menjadi petani dan pernah merasakan betapa sulitnya menjadi petani,” kenangnya. Seperti saat hari raya Idul Fitri, Akhmadi terpaksa menjaga burung agar tidak makan padi milik orang tuanya yang hampir panen. Hal-hal seperti itu merupakan romantisme, yang menjadi bekal hidup berarti.
Disinggung tentang pengalaman politik, Akhmadi menuturkan bahwa pengalaman politiknya dimulai dari tahun 1973. Saat itu, dirinya terkesan dengan sebuah gambar kampanye PPP dari koran Pelita milik orang tuannya.
“Saat itu, saya mulai tertarik dengan politik, saya mulai bertanya kepada orangtua saya mengenai partai politik,” imbuhnya. Tetapi beberapa saat kemudian, dirinya mulai menjauhi politik dan tidak tertarik sama sekali dengan politik lantaran ayahnya dijebloskan ke penjara selama 78 hari karena dituduh menjadi simpatisan PPP dan dianggap anti pemerintahan
“Saya mulai berfikir bahwa di politik itu banyak resiko-resiko yang cukup membahyakan,” lanjutnya.
Kembalinya Akhmadi ke kancah politik, karena desakan dari kawan-kawannya saat di bagku Unila.
“Saat itu, saya sedang rapat sebagai kepala sekolah, dan saya di telpon oleh Abdul Hakim (saat ini anggota DPR RI, red) dan dipaksa untuk jadi ketua DPD Partai Keadilan Sejahtera (PKS),” terangnya.
Sejak saat itu, dirinya berkecimpung di dunia politik, bahkan menjadi anggota DPRD dari Partai Keadilan Sejahtera. “Jika bukan karena dorongan dari kawan-kawan dan keinginan untuk memperbaiki masyarakat ini, saya lebih nyaman jadi guru lagi, meskipun guru honor murni,” ujarnya. Termasuk pula ketika dirinya ramai dicalonkan dalam pilgub mendatang sebagai cawagub. Akhmadi mengungkapkan bahwa hal tersebut bukan merupakan keinginannya, melainkan pilihan dari teman-temannya. “Saya diamanahi oleh PKS untuk mendampingi Bang Zul sebagai wakil Gubernur, maka tidak ada pilihan lain kecuali menerimanya dan mengerjakannya dengan kesungguhan, karena pada prinsipnya jika diberi amanah harus dipegang dengan kukuh,” pungkasnya. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar