Kamis, April 17, 2008

Harga Seorang Perempuan

Harga Seorang Perempuan

oleh Ir. Akhmadi Sumaryanto


Dari jauh terlihat seorang pemuda tertatih-tatih. Tampak keletihan diwajahnya menunjukkan jauhnya perjalanan yang ia tempuh. Kini, sampailah ia di Madyan, di tepi sebuah sumber air jernih.

Diperhatikannya ramai orang-orang sedang memberi minum ternak mereka. Tak jauh dari tempat itu dilihatnya dua orang perempuan sedang menahan ternak mereka. Dengan hati-hati ia dekati mereka berdua seraya bertanya: "Apa yang kalian perbuat di sini". Mereka pun menjawab: "Kami baru bisa memberi minum ternak kami setelah para penggembala itu pergi, sedang bapak kami adalah seorang yang lanjut usia".

Tanpa menunggu permintaan, naluri kemanusiaan pemuda ini mendorongnya untuk segera menolong keduanya. Setelah itu tanpa menunggu ucapan terima kasih atau sekedar berbasa basi segera ia menyingkir menjauhi mereka dan menyandarkan punggungnya di bawah sebuah pohon seraya mengeluhkan keletihan dan kesulitan hidup kepada Tuhannya.

Tak berapa lama kemudian ia didatangi oleh salahsatu dari dua perempuan tadi. Dengan malu-malu ia berkata: "Sesungguhnya bapakku mengundangmu sebagai balas budi atas pertolonganmu terhadap kami". Kemudian ia pun berjalan mengikuti keduanya.

Namun siang itu angin sedang 'bertingkah'. Akibat ulah angin tersebut sang pemuda itu beberapa kali agak salah tingkah berjalan di belakang kedua perempuan tersebut. Segera ia berkata: "Sebaiknya saya yang di depan. Kalian hanya perlu mengatakan lurus atau belok ke kanan dan ke kiri". Keduanya pun setuju.

Kisah di atas diabadikan Allah dalam Al Qur'an pada surat Al Qashash: 22-26. Adapun pemuda tadi adalah Nabi Musa AS. dan kedua gadis tersebut adalah dua orang putri Nabi Syu'aib AS (menurut sebagian ahli tafsir). Salah seorang diantara perempuan itu akhirnya meminta bapaknya untuk mempekerjakan Nabi Musa guna meringankan tugas mereka.

Dua sifat yang membuat sang bapak menyetujuinya yaitu kuat dan dapat dipercaya. Sang bapak bertanya: "Dari mana engkau tahu ia kuat dan dapat dipercaya ?". Sang putri pun menjelaskan kuatnya sang pemuda ketika mengangkat batu besar dan membantu meminumkan ternak. Selain itu sepanjang perjalanan kesantunan sang pemuda terlihat jelas. Ini menunjukkan bahwa ia dapat dipercaya.

-o0o-

Di Madinah, suatu ketika ada seorang muslimah pergi ke toko perhiasan. Di tempat itu banyak orang yahudi berniaga dan bekerja sebagai tukang emas. Ia membawa perhiasan hendak dijual ke salah satu toko.

Ketika ia sedang duduk di depan toko sambil tawar-menawar, sekelompok yahudi datang mendekatinya. Lalu dimintanya sang muslimah untuk membuka kain penutup wajahnya. Permintaan itu jelas ditolaknya.

Seorang yahudi lainnya yang berada di belakang muslimah itu menyematkan ujung bajunya dengan sebuah duri pada bagian punggung bajunya. Ketika wanita itu bangun hendak berdiri tampak auratnya. Mereka (orang-orang Yahudi itu) tertawa terbahak-bahak, sedangkan sang muslimah berteriak minta pertolongan.

Sekonyong-konyong datanglah seorang pemuda muslim memenuhi panggilan tersebut lalu menyerang dan membunuh pengrajin emas tersebut. Pemuda itu kemudian dikeroyok dan dihabisi oleh orang-orang yahudi. Akibat peristiwa tersebut terjadi perkelahian antara pihak keluarga pemuda dan Yahudi Qainuqa'.

Menanggapi kejadian ini Rasul SAW meminta kaum Yahudi untuk tidak mengganggu kaum Muslimin. Namun peringatan ini dibalas dengan cemoohan: "Hai Muhammad, janganlah engkau menepuk dada atas kemenannganmu melawan kaum yang tak becus berperang (yakni orang-orang Quraisy)! Kalau engkau berani cobalah lawan kami. Kami bukanlah kaum seperti mereka!".

Rasulullah SAW bersabar dan tetap menahan diri. Namun sikap ini justru dianggap sebagai tanda ketakutan. Perbuatan Yahudi itu jelas tidak bisa ditolelir lagi.

Selama 15 hari mereka dikepung. Sampai akhirnya Rasulullah memutuskan untuk mengusir mereka dari Madinah. Kaum muslimin kemudian benar-benar aman dan tentram, terhindar dari gangguan benalu peradaban tersebut.

-o0o-

Di suatu fajar Khalifah Umar RA. berjalan-jalan di sudut-sudut kota. Tak sengaja ia mendengarkan sebuah perbincangan serius antara seorang gadis dengan ibunya. Sang ibu menyarankan kepada putrinya untuk mencampur susu dengan air tawar supaya mendapat keuntungan banyak.

Putrinya menjawab: "Amirul Mukminin melarangnya, wahai Ibuku!!!". "Bukankah Amirul Mukminin tidak mengetahuinya?", timpal sang ibu. Dengan tegas pula gadis itu berkata: "Tetapi Tuhannya Amirul Mukminin mengetahuinya!".

Umar tersenyum mendengar percakapan tersebut. Seusai shalat Shubuh ia segera meminta 'Ashim (putranya) untuk menanyakan kondisi keluarga gadis tersebut yang tampaknya memerlukan bantuan. Sekembalinya dari sana, 'Ashim diminta untuk kembali lagi. Kali ini bersama Umar.

Akhirnya putra Umar tersebut mempersunting gadis yang shalihah itu. Dari pernikahan berkah ini lahirlah seorang anak perempuan yang cantik, cerdas dan bertakwa, Ummu 'Ashim. Ketika menginjak usia remaja Abdul Aziz bin Marwan saudara Khalifah Abdul Malik meminangnya. Ketika beliau menjadi wali Mesir, lahirlah putra pertama beliau, Umar Khamis Khulafaurrasyidin (Khulafaurrasyidin yang kelima).

-o0o-

Ketiga contoh kisah di atas menunjukkan betapa berharganya seorang perempuan. Yaitu ketika sang perempuan menghargai dan menghormati dirinya sendiri. Ketika sang muslimah menyadari ke'wanitaan'nya. Ketika sang perempuan mematuhi pesan-pesan wahyu.

Hanya saja kita kadangkala melihat pemandangan yang menyesakkan dada. Seorang ibu berjilbab rapi berjalan dengan suaminya yang berjenggot cukup lebat. Tahukah anda siapakah yang berada diantara mereka berdua, bercanda dengan manjanya? Seorang gadis belasan tahun mengenakan pakaian yang tak layak untuk dideskripsikan di sini. Sebuah pemandangan yang sangat kontras.

Contoh terakhir di atas adalah bagian dari realita negeri Indonesia, negeri dengan penduduk muslim terbesar di dunia.. Rasanya penulis hampir berputus asa melihat realita kaum muslimin saat ini. Benarlah ucapan seorang Jerman, ketika menyatakan keislamannya ia mengatakan: "Beruntunglah saya. Saya mengenal Islam sebelum saya mengenal kaum muslimin".

Kecemasan penulis agak terobati ketika menyadari bahwa masih banyak dari para perempuan yang memahami fitrahnya sebagai perempuan. Hanya saja mereka enggan dan malu menampakkan diri. Mereka tampil di saat-saat tertentu saja. Karena hobbi mereka bukanlah mejeng di mall-mall atau ber'haha-hihi' di taman universitas atau ditempat rekreasi. Dari rahim-rahim suci merekalah kelak akan lahir generasi yang akan sanggup mengenyahkan kemungkaran dari dunia.

Dari sini penulis -sebagai seorang muslim- mengajak untuk memperhatikan pendidikan kaum muslimat. Tanggung jawab pendidikan seorang anak perempuan pertama kali berada di pundak ibu bapaknya. Sebagai adik perempuan, saudara laki-laki atau kakaknya mesti membantu menguatkan kepercayaan sang muslimah terhadap norma Islam sebagai alternatif gaya hidupnya. Sang suami pun ketika telah mengucapkan qabul, wajib memperhatikan pendidikan keluarganya. Mengapa ? Karena seorang wanita shalihah akan menjadi sekolah pertama bagi anak-anak suaminya.

Sekarang ini ternyata masih banyak perempuan muda yang menggandrungi De Caprio, Pierce Brosnan, Tom Cruise, Julia Robert dan Cindy Crawford. Berapa banyak diantara mereka yang mengenal cerita dua putri Nabi Syu'aib AS., kisah Maryam ibunda Nabi Isa AS. serta kejeniusan Aisyah muda, ibu kaum mukminin sedunia ?.

Bila suatu kaum meremehkan wanita niscaya Allah akan remehkan mereka dengan kehancuran. Jika suatu kaum berlebihan memuja perempuan niscaya Allah akan jatuhkan mereka dengan kebinasaan. Islam datang dengan sebuah norma moderat, merefleksikan ajaran proporsional, mengemban misi umat ini sebagai ummatan wasathan (umat yang moderat). (lihat QS. Al Baqarah: 143).

Tidak ada komentar: