Beberapa waktu lalu, kita diingatkan lagi. Kalau Tanggamus punya Pulau yang bernama Tabuan. Sayangnya kita ingat dengan Pulau Tabuan ketika ada kontroversi dan diskusi menarik di media masa berkaitan dengan masuknya investor ke Pulau Tabuan. Bupati ingin menyelamatkan sisa2 hutan yang ada di Tanggamus dan melarang penebangan hutan di Pulau Tabuan, investor berkepentingan dengan pembersihan lahan untuk menanam jarak pagar di Pulau Tabuan. Pembersihan lahan tentunya dengan menebang pohon yang ada. Kontroversi kemudian merebak.
Jarak pagar memang sedang menjadi primadona usaha pertanian. Dengan semakin langkanya bahan bakar yang bersumber dari tambang (irreversible), orang sedunia sibuk mencari sumber bahan bakar yang terbarukan (reversible). Salah satu pilihan jatuh ke jarak pagar yang pernah menjadi primadona di zaman penjajahan jepang.
Ada salah satu perusahaan yang kebetulan dimiliki oleh putra daerah Pulau Tabuan yang besar dan berusaha di Bandar Lampung, puny ide / gagasan untuk mengembalikan kejayaan Pulau tabuan dan menyambut program pemerintah dibidang energi. Berdirilah PT Lakban Silinggapuri yang core bisnisnya menanam dan mengolah jarak pagar tersebut. Tempat yang dipilih untuk budidaya, Pulau Tabuan. Kenapa Pulau Tabuan? Jawabnya sederhana saja. Disana, pemilik PT. LS punya tanah warisan ratusan hektar dan sekarang hanya belukar, setelah cengkeh ditinggalkan. Disosialisasikanlah hal tersebut ke masyarakat. Dengan berjuta harapan, masyarakat menyambut antusian dan gembira.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar